OUTPUT PRAKTIKUM KPKT
ACARA 1
UJI KESUBURAN TANAH
Kesuburan
tanah sangat penting untuk produktivitas pertanian (Yageta et
al., 2019). Kesuburan
tanah merupakan kemampuan tanah dalam menyediakan air, udara, dan unsur hara
secara seimbang untuk pertumbuhan tanaman. Kesuburan tanah berkaitan dengan sifat-sifat tanah, baik sifat fisik,
kimia, dan biologi (Mutma’inah). Hanafiah (2005) menyatakan bahwa indikator kesuburan
tanah atau kapasitas produktivitas lahan dapat diketahui dengan kandungan bahan
organik, intensitas pelindian dan kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan
tanah berwarna lebih terang. Kandungan hara yang terdapat dalam suatu mineral
ini akan mendukung keberlanjutan dari kesuburan lahan (Bali et al., 2018).
Secara umum semua unsur hara atau nutrient bersumber dari batuan induk serta
mineral-mineral yang terdapat didalamnya (Lahuddin, 2007).
Pada kegiatan praktikum Kesuburan, Pemupukan, dan Kesehatan Tanah acara 1 yaitu Uji Kesuburan Tanah dilakukan dengan metode wawancara petani. Kegiatan wawancara petani dilakukan pada hari Minggu, 4 Oktober 2020 di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yigyakarta. Wawancara kali ini dilakukan bersama dengan salah satu petani bernama Bapak Budi Wiyoni yang berusia 73 tahun. Wawancara petani ini membahas topik kesuburan tanah pada lahan milik Bapak Budi.
Bapak Budi sebagai petani cabai di Daerah Sleman merasa
tanah di Sleman merupakan tanah yang subur. Pak Budi memiliki lahan seluas 3000 meter yang ditanami komoditas cabai rawit sebanyak 3000 batang dan cabai hijau keriting sebanyak 4500 batang. Namun, untuk menanam cabai memang
diperlukan beberapa pupuk dan perlakuan tambahan untuk mendukung pertumbuhan
cabai. Beberapa cara pengelolaan tanah yang dilakukan oleh Bapak Budi yaitu
memberikan pupuk berupa dolomite sebanyak 20 sak untuk cabai keriting dan 25
sak untuk cabai rawit, pupuk kimia sebanyak 3 kuintal dan pupuk organik
sebanyak 26 sak untuk cabai keriting dan 20 sak untuk cabai rawit. Pupuk
diaplikasikan sebelum ditanam yaitu dengan diberi dolomite kemudian diberi
pupuk organik dan kimia kemudian ditutup mulsa plastik hitam perak. Ruchyansyah
et al. (2018) menyatakan bahwa pupuk organik dapat meningkatkan pH tanah dan
kadar Ca, sehingga pupuk organik lebih baik jika digunakan untuk meningkatkan
atau mempertahankan karakteristik tanah dibandingkan dengan pupuk kimia. Oleh
karena itu, penggunaan pupuk oleh Bapak Budi dapat meningkatkan karakteristik
pada sifat fisik tanah pada lahannya.
Untuk mengurangi jumlah unsur hara yang terserap ke tanaman,
Bapak Budi melakukan pola tanam tumpang gilir dengan pola padi-padi-jagung.
Tumpang gilir akan berpengaruh pada unsur hara tanah karena kebutuhan tanaman
yang digilir terhadap hara dan sinar matahari ataupun cara pengendalian hama
penyakit berbeda sehingga memberi waktu tanah untuk tidak terus-menerus
kehilangan unsur hara yang sama. Menurut Effendi et al.(2007), usaha tani
monokultur pada lahan relatif sempit kurang menguntungkan, kegagalan panen
berarti kerugian sangat besar. Polikultur dengan sistem pola tanam yang tepat dapat
mengatasi kerugian akibat gagal panen dari satu jenis komoditas.
Walaupun Pak Budi baru menanam cabai dilahan tersebut selama 2 tahun. Namun, menurut Pak Budi produktivitas tanaman cabai dilahannya tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan karena walau berbuah, hasil cabai belum maksimal. Karena dibandingkan dengan pengeluaran dalam penanaman cabai, hasil yang didapatkan belum sebanding bahkan masih terhitung rugi. Solusi yang dapat diberikan bagi permasalahan kesuburan tanah pada lahan Pak Budi yaitu setelah panen padi, jerami dapat dikembalikan ke tanah untuk meningkatkan unsur hara tanah. Untuk mengembalikan sifat fisik tanah dapat juga memberikan bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk organik, dan sebagainya agar produktivitas cabai semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Bali, I.,
Ahmad, A. dan Lopulisa, C. 2018. Identifikasi mineral pembawa hara untuk
menilai
potensi kesuburan
tanah. Jurnal Ecosolum 7(2): 81-100.
Effendi DS,
Taher S,RuminiW. 2007. Penaruh Tumpang sari dan Jarak
Tanamterhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcasL.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan,
Bogor.
Hanafiah, A.
Kemas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Lahuddin. 2007.
Aspek Unsur Mikro dalam Kesuburan Tanah. USU e-Repository, Universitas
Sumatera:
Medan.
Mulu, M.,
Ngalu, R., dan Lazar, F. L. 2020. Pola tanam tumpang sari di Desa Satar Punda
Barat,
Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
6(1): 72-78.
Mutma’inah, I.
S. Identifikasi kesuburan tanah menggunakan metode potensial diri dan kimia
tanah (kandungan unsur hara dan ph
tanah) pada lahan pertanian di Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Jember.
Ruchyansyah,
Y., Wulandari, C., dan Riniarti, M. 2018. Pengaruh pola budidaya pada hutan
kemasyarakatan di areal kelola KPH VIII
Batutegi terhadap pendapatan petani dan kesuburan tanah. Jurnal Sylva Lestari
6(1): 100-106.
Yageta, Y.,
Osbahr, H., Morimoto, Y., and Clark, J. 2019. Comparing farmers' qualitative
evaluation of soil fertility with
quantitative soil fertility indicators in Kitui County, Kenya. Geoderma 344:
153-163.